PageList1

  • Pantai Sawarna

    Pantai Sawarna

    Sebuah pepatah mengatakan Indonesia adalah Jamrud Khatulistiwa dan tidaklah berlebihan rasanya menggambarkan hal tersebut dengan melihat keindahan dan keaslian Pantai Ciantir, Sawarna, Banten Selatan. Hamparan pasir putih yang memanjang sekitar 5 km menjadi surga bagi para pencinta wisata pantai.....

  • Wisata Pantai Karang yang "Tersembunyi"

    Wisata Pantai Karang yang "Tersembunyi"

    Sebuah keindahan yang sesungguhnya tak kan pernah bisa kita lihat secara singkat namun kita harus dapat memahami arti dari sebuah keindahan itu.....

  • Daerah Wisata "Perawan"

    Daerah Wisata "Perawan"

    Wow..Perawan! judulnya mungkin terkesan boombastis tapi ya memang demikian. Daerah yang terletak di wilayan Selatan Banten ini memang mempunyai beberapa daerah parawisata yang boleh dibilang masih belum begitu terjaman namun punya potensi pemkembangan dan keindahan yang luar biasa.....

Galena (PbS) Bayah



Melihat Banten Selatan dari segi geologi dan Metalurgi Ekstraksi, rasanya akan begitu mencengangkan. Karena begitu banyaknya cadangan -terlepas dari besar dan kecilnya- Sumber Daya Alam disana. Sudah barang tentu, kita tak asing lagi dengan penambangan emas di cikotok, batu bara di Bayah serta batu Kapur di gugusan gunung-gunung di pasir curi, cikatomas,dskt.
Salah satu batuan yang tak kalah menarik disana adalah batuan Galena. Galena atau dikenal sebagai timah hitam di alam berupa senyawa PbS. Batuan galena merupakan bahan baku dari logam timah hitam (Pb). Melalui sebuah proses, batuan yang masih banyak mengandung unsur-unsur pengotor kemudian dimurnikan dan diambil logam timah hitamnya.
Di Indonesia, kebutuhan Pb masih belum dapat dipenuhi oleh ketersediaannya sehingga logam ini sangat dicari. Terlebih lagi, dengan adanya regulasi yang baru menyebabkan para eksportir tidak dapat lagi mengirim langsung dalam bentuk batuan/mineral ke luar negeri, tetapi harus diolah dulu setidaknya menjadi bullion (batangan).
Galena
Galena banyak dijumpai di sekitar batuan metamorf dan batuan beku. Galena
tersebut membentuk suatu jalur di antara rekahan batuan beku dan metamorf.
Singkapan mineral galena ini bisa terlihat di lereng bukit atau tepian sungai di
daerah batuan metamorf. Pada beberapa tempat, mineral galena ini berdekatan dengan unsur lain seperti tembaga (Cu). Batuan galena Indonesia saat ini kebanyakan diekspor untuk memenuhi kebutuhan industri di China.
Metode eksploitasi galena umumnya menggunakan peledakan atau secara
tradisional membuat suatu jalur bawah tanah (terowongan) diantara rekahan
batuan beku.
Untuk memisahkan mineral dari batuan galena, sifat masing-masing mineral baik fisik, kimia dan mineralogi harus dikenali dengan baik. Mineral galena PbS memiliki karakteristik sebagai berikut kekerasan mosh 3,5 s/d 4, berat jenis 7,2 s/d 7,6, metal mengkilap, warna abu-abu dengan garis hitam saat digores. Sedangkan Sphalerit ZnS sebagai mineral pendamping dengan karateristik kekerasan mosh 3,5 s/d 4, berat jenis 3,9 s/d 4,2, metal mengkilap, warna kuning, coklat atau hitam, goresan warna orange kuning. Pendamping lainnya, Chalcopyrit CuFeS2 bercirikan kekerasan mosh 3,5 s/d 4, berat jenis 4,1 s/d 4,3, metal mengkilap, warna kuning tembaga, goresan hitam kehijauan. (from any source)

***
Kembali ke bayah,, daerah yang kaya SDA tersebut ternyata belum teroptimalkan, termasuk Galena ini. Masih banyak pengusaha yang hanya menjual bahan bakunya saja, tanpa memperdulikan lingkungan tentunya. Padahal secara metalurgi proses, pengolahan Galena bisa kita lakukan dengan teknologi sederhana dan ramah lingkungan guna mendapatkan added value.
Disamping itu, adanya pengolahan galena didaerah sana akan membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Sehingga mungkin program pengentasan kemiskinan yang dicanangkan setidaknya sedikit-demi-sedikit dapat terealiasi.
Sebagai orang asli sana sebetulnya kadang merasa prihatin dengan kondisi tersebut. Makin hari kekayaan terkeruk tanpa menambah nilai apapun untuk masyarakat sekitar. Dilain sisi sebagai orang yang memang lulusannya dibidang metalurgi, merasa prihatin juga, penerapan ilmu sesungguhnya terbuka lebar disana. Tapi masih sedikit sekali -bahkan tidak ada- orang yang peduli akan hal tersebut.
Mungkin ini hanya sekedar opini, tanpa data-data yang akurat. Dari sebuah keterpanggilan anak daerah. Yang pasti saya berkeyakinan pengolahan Galena bayah bisa dilakukan. Dan saya yakin sebetulnya orang daerah asli pun dapat melakukannya.
Masih terngiang kata-kata orangtua dulu:
” tong jadikeun daerah ieu doang randa,,,, geus beunang amisna geura-geura ditingalkeun…”
” Jangan jadikan daerah kami layakna seorang janda, yang setelah habis manisnya dicerai begitu saja, ditinggalkan – Setelah dikeruk habis-habisan, hanya ditinggalkan terowongan-terowongan yang membahayakan masyarakat…”
Sungguh terlalu………………..

2 komentar:

Anonim mengatakan...
3 Juli 2015 pukul 09.38

Saya habis baca",menarik tlsannya. Mas masih tinggal di bayah?

Ardi mengatakan...
7 Maret 2017 pukul 07.27

Apa ada yg sudah mengolah Galena..?
Sekarang apa msh berjalan..?
Sy mau lihat/belajar..
Atau ada hasilnya berupa Timah Hitam Batangan sy mau membelinya.
Hub. WA. 081326158684

Posting Komentar