Sudah sekitar empat hari saya Mudik saya mudik tanggal 7-8 Maret kemarin. saya memang termasuk orang yang jarang pulang, bukan karena tak merindukan kampung halaman tapi apalah daya kesibukan yang mendera.
Tak pulang beberapa bulan ternyata jalan antara serang Malingping tak banyak berubah. Masih sama ketika saya pulang beberapa bulan sebulan sebelumnya. ya rusak. masih parah sekali. saya teringat cerita perjalanan tan malaka ketika menuju Bayah, jalan menuju sana juga masih rusak.
Perjalanannya tanmalaka tersebut saya baca di Buku “Penyamaran Terakhir Tan Malaka Di Banten“, lebih tepatnya di bayah-banten selatan, hanya terhalang satu dengan kecamatan saiah tinggal. Buku itu di tulisa Oleh Hendri Fitri, penulis dan peneliti sejaran dari Banten Selatan dan juga wartawan majalah Historia.
Dalam buku itu di jelaskan tentang bagaimana penyamaran Tan Malaka di Bayah. Di bayah, di menjadi Pegawai perusahaan batubaran yang mempekerjakan Romusha. Dia menggunakan nama Ilyas Husein.
Dibuku itu, di ceritakan mulai dari kedatangannya di bayah sebagai pekerja bagian gudang, kemudian menjadi juru tulis hingga kemudian bisa berpengarung di wilayah bayah. Bahkan ketika bung karno berkunjung ke bayah, dia orang satu-satunya yang berani berdebat dengan bung karno tentang masalah kemerdekaan.
Di bayah, dia begitu peduli dengan kesejahteraan masyarakat sekitar dan para romusha. Dia membuat banyak kegiatan, mulai dari sepak bola, lapangannya yang sekarang di gunakan sebagai terminal bayah, membuat drama wayang orang dan mengambarkan semangat nasionalisme.
Kalau boleh saia bilang, penymaran itu tak d niatkan oleh tan malaka. Pasalnya, ketika jepang kalah dari sekutu kemudia ia memutuskan untuk kembali ketanah air dan mengakhiri ’pelariannya’ dari luar negeri. Di jakarta dia membutuhkan uang untuk biaya hidup. Kemudian dia mengetahui bahwa di kemetrian sosial membutuhkan banyak pekerja untuk di perjakan di tambang Batubara. Ketika di tanya siapa namanya, spontan di menyebut Ilyas Husain. Mengingat dia masih ‘diburu’ , di terpaksa menggunakan nama itu.
Singkatnya dia di terima dan dia baru tahu akan di tempatkan di bayah dan dia sendiri tak tahu di mana wilayah itu. Menariknya, dia menceritakan perjalanannya dari jakarta menuju Bayah. Berangkat dari tanah abang menggunakan kereta melewati rangkas bitung menuju bayah. Namun hanya sampai ke di daerah saketi (daerah padeglang-banten), karena jalaur kereta terputus dan dia tepaksa melanjutkan menggunakan truk.
Dari saketi hingga bayah sedang ada pembangunanan jalan raya yang dilakukan oleh romusha. Di sana, dia menyaksikan banyak meninggal dan menderita akibat ‘kerasnya’ dan sisaan dari jepang. Di perkirakan yang meninggal hingga 100o orang, konon asal usul nama saketi pun diambil dari 1000 orang itu,
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar